The Second Job

Tuhan memberiku kesempatan untuk berbagi dan menjadi berkat untuk lebih banyak orang. Ini adalah salah satu keputusan yang telah kubuat dengan pergumulan yang sangat panjang dan berat. Air mata tak mampu kubendung. Kulakukan untuk menemukan di mana tempatku yang sebenarnya.

Banyak yang terkejut saat mengetahui hal ini. Ada yang menyebut aku bisa lebih dari ini. Ada yang meyakini aku sudah tak seharusnya di sini. Ada yang menyatakan aku harus menjadi praktisi dan menerapkan ilmuku dulu. Siapa yang tak mau? Siapa yang tak merencakan itu semua? Bahkan egoku pun tak bisa terima kenyataan ini, awalnya.

Aku menjajalnya untuk menghargai kesempatan yang hidup tawarkan. Perlahan, aku coba jalani tahapan demi tahapan. Meraba mencari jawaban. Menantang Yang Kuasa untuk membuka pintu-pintu yang ada. Tiada persiapan satupun yang kulakukan sebagai perwujudan egoku. Perjalanan itu kulalui dalam diam, tak banyak orang yang kuijinkan tahu.

Di sisi lain, perjalanan ini membuatku melihat bahwa setiap keputusan yang kuambil dalam setiap persimpangan hidup, jelas mempengaruhi jalan hidupku yang akan datang. Konsekuensinya adalah jalan hidup yang ikut bergeser. Bisa jadi itu berarti menjauhi mimpi yang pernah kubayangkan. Tapi meskipun menjauh aku masih yakin pergeseran itu menuju sesuatu yang lebih besar yang sudah disiapkan untukku. Sesuatu itu pasti yang terbaik tetapi harus kujalani dengan hati yang bersyukur. Lepaskan bersungut-sungut karena tak boleh ada penyesalan dalam hidup.

Dalam diam itu, aku masih berusaha lari. I can run but I can’t hide. Konsekuensi itu membuatku bimbang dan takut melangkah. Aku ingin diam saja dalam persembunyianku. Tapi tak bisa selamanya..

Kini aku paham, mengapa semua itu tampak berat buatku? Padahal ada banyak orang menginginkan pekerjaan ini. Ada yang mempersiapkannya sampai S3 di luar negeri. Bahkan ada yang mencita-citakannya sejak kecil. Aku merasa tertampar seakan aku tak menghargainya. Kucoba mundur dan melihat ini semua dari jarak lebih jauh.

Persepsiku tentang profesi ini yang tak sama dengan mereka yang mengidam-idamkannya. Karena aku belum bisa melihat apa yang mereka lihat hingga kemudian mereka impikan. Aku belum bisa melihat hal yang membangunku di kemudian hari beserta peluang yang dibawanya. Aku hanya fokus pada beratnya konsekuensi yang menanti. Berat karena aku yang memberinya beban.

Sekarang aku mulai menjalaninya, mulai beradaptasi dengannya sambil membenarkan pemahamanku. Dia adalah sesuatu yang mulia karena pendidikan tak boleh berhenti, pengetahuan butuh disalurkan, dan karena itu dia memegang peranan yang penting. Aku pun membuka mataku untuknya. Dia tak dibatasi oleh gedung megah ini saja. Aku bisa menggunakannya kemanapun hidup akan membawaku kelak.

Yang kutau aku hanya senang berbagi dan belajar. Ini menjadi kesempatan untuk mengobati trauma dan kesalahan yang pernah terjadi dulu saat aku duduk di bangku kampus. Saat untuk mengeksplor kreatifitas yang berkualitas. Kesempatan untuk menjadi berkat untuk lebih banyak orang.

Ini bukan akhir perjalananku. Entah apa yang akan muncul di persimpangan mendatang. Namun, dengan kacamata positive thinking, hal negative dan kekuatiran menjadi penggerak bukan lagi rem, dan Tuhan menggendongku, perjalanan ini akan membawaku ke rencana yang lebih besar. Ia sedang menantiku yang berjalan ke arahnya.

Bila kau terkejut, tak apa ada banyak orang bersamamu yang sudah mempertanyakan. Ada banyak jenis gelas. Gelasmu mungkin berbeda dengan gelasku. Namun, yang terpenting bukan gelas apa yang kita gunakan. Air yang sama yang sedang kita minum dan rasakan itulah esensi menjalani hidup ini.

Surabaya, August 26, 2010

Sincerely,

Miss Widi

The First Job

Bukan gedung tinggi berdinding kaca tapi kantorku adalah alam bebas tanpa dinding. Bukan deru klakson dan bising kota yang membuat kepala ingin pecah tapi kudengar kicauan burung-burung. Bukan mobil beraneka ragam tapi kutemukan landak, ayam hutan, dan elang yang terbang tinggi. Bukan asap dan debu tapi kurasakan kabut dan awan yang menerpa. Bukan manusia kota yang pamer kekayaan dan haus harga diri tapi kujumpai manusia desa yang hidup apa adanya, sederhana dan saling berbagi.

Banyak juga yang menanyakan apa yang kukerjakan sekarang. Terima kasih untuk perhatian kalian kepadaku. Namun, untuk saat ini aku belum ingin berbagi banyak.

Aku ada di dua kota dalam satu minggu. Bahkan terkadang lebih banyak di pelosok sana ketimbang di kota besar ini. Tempat itu berbanding terbalik dengan apa yang dulu kubayangkan dan kuinginkan. Sebisa mungkin telah kuusahakan rencanaku itu tapi restu dari-Nya belum juga turun. Kini, ku dibawa-Nya ke sebuah desa indah di ujung gunung.

Tempat itu layaknya kahyangan. 6 jam perjalanan darat harus ditempuh dari kotaku ini. Sinyal menghilang begitu angin dan kabut datang. Aliran listrik minim. Tempat tidur seadanya. Aroma pupuk kandang terasa. Bercaping dan bersepatu boots. Hawa yang dingin mulai membuatku terbiasa. Air es dari mata air itu belum mau bersahabat denganku. Lolongan sapi dan kambing menyaingi anjing di kota. Sayuran segar dapat dipetik sendiri. Ketela menjadi salah satu makanan rutin. Mendaki bukit di ujung gunung dan sesekali merasakan awan menabrakku, membasahiku dengan titik-titik airnya.

Namun dengan berjuang sedikit lagi, aku bisa menemukan kahyangan kecil di atas sana. Dari ujung bukit tertinggi, kulihat barisan gunung berlipat di seberang sana. Awan jadi sangat dekat menaungiku berdiri. Aku bisa melihat kabut naik menyergap dari bawah sana ke ketinggian. Hamparan punggung gunung hijau tapi berduri seperti landak menjadi pemandangan lain. Pemandangan yang membuatku bersemangat untuk naik ke kahyangan kecil itu, meski lelah dan keterbatasan fasilitas terpampang jelas.

Satu hal yang paling kuinginkan adalah menyanyi sekeras-kerasnya dari ujung kahyangan kecil itu. Sambil membentangkan kedua tanganku dan membiarkan angin dingin menerpa tubuhku. Mengijinkan seluruh bagian diri mensyukuri indahnya semua itu dan menyerahkannya untuk diberkati-Nya. Tanpa ada rasa malu ditatap oleh mata mereka yang mencari nafkah di antara liukan tanaman. Dapatkah kau bayangkan itu? Aku bisa!

Apakah ini yang aku cari? Aku pun belum ingin menjawab banyak. Kuperlu waktu lebih lama tuk temukan jawabnya. Setidaknya ini mendekati mimpiku sejak kecil. Selain itu, di sini kumelatih diri tuk berpikir positif dan belajar ilmu-ilmu yang tak kuperoleh di universitas. Ilmu tentang kehidupan dan menghadapi manusia yang sesungguhnya. Belum pernah terbayang seperti inilah yang akan kukerjakan sekarang tapi aku menikmatinya. Tak tahu seperti apa nantinya, tapi aku tahu ini adalah sesuatu!

Tak perlu risau mencemaskan keadaanku. Tak perlu membandingkannya dengan milikmu atau yang lain. Jalanku bukan jalanmu. Dan di jalan apapun yang kuharus lalui, akan selalu ada 2 pilihan di sana, positive or negative. I chose to walk on this road by being, seeing, and thinking positively. God said, this is not easy and it terrifies me but it always good. By the time, with this faith, never give up hope, His love will find the way..

My "Kahyangan"

God cares about the desires of my heart. He cares about the tiniest details of my life. God is leading me step by step to the good things He has in store for me..

PS: Wanna know my office? Check out on my FB – Green! photo album.

BeBe | 210710 | 12:27AM

Kembang Kuning Camp

This was a unique camp I ever joined. The duration is so short, just one and half day, May 28-29th, 2010. It only has 16 participants. But they are also special participants; they are 16 kids from Kembang Kuning cemetery. And the staff is not only Indonesian but also those who coming from US, Aussie, and Philippines.

These kids live near Kembang Kuning Cemetery area. And they come to our ministry there, every Saturday. We take the kids from the 5th grade of elementary school until high school to join Kembang Kuning Camp. For almost 16 kids, it was their first camp and also the first time going out of town without parents. The Residence of Taman Dayu is the place where they were enjoy the camp.

We praise and worship God, pray, hear the reflection, play outdoor activities, games, swimming, basketball, badminton, candle light dinner, bonfire, and “making a short film”. We tried our best to make that one and half day camp as one of their best experience in life. A moment when they were truly understands that God has a plan for each of them. God had already chosen them because He loves them so much. Like the camp’s theme “Aku Terpilih!”. And in their vulnerable period of life, they know that we’re here to accompany them walk in the right path.

Among those activities we tried to know them closer. They shared their stories. One of the girls, with smile, shared about his dad who just get out from the jail and always disallow her to go to church. Without feeling ashamed and angry, she shows me that she love her dad so much. One of the boys is “bonek” and he never miss to watch lively all Persebaya matches. Another kid, this boy always has a good mark at school, like plays guitar, he loves his parents but too shy to say it. Yup, beside that’s the teenagers’ typical, it’s just uncommon things to do for boys, he admitted. That’s okay, we’ll learn to get used to it. Thanks kids, you remind me of my teenage.

The most joyful thing is when I saw all their happy expression and their smiling faces while doing all activities. It makes me wondering; maybe I’ve been like them when having my first camp. I observed a lot, nothing could cover who they truly are. Each characteristic appear in their behavior and attitude. Some are not proper but I do realize that they have a different circumstance which molds them day by day.

The most excited thing is in the “Making a Short Film”. Actually that is a talent show session, but I want to modify the bored talent show. It was cool; spontaneously they divided the job description in the team. The thinkers become the director and choose the part of the Noah/David/Moses life. Many of them are so excited in making the wardrobe for the drama. We gave them newspaper, and it was scattered all over the room, they cutting and sticking here and there. Snake, cat, bird, king, queen, ark, deer, sword, and so on; were made from the newspaper. What creative kids!

The most surprising fact is they don’t know about Jonah! And some of them couldn’t read fluently.

The most impressive moment is in the third session when they knelt down, and all the staff touched the kids and praying for them. Tears fell down along with the words that come out from my mouth. They maybe have a different background and different way of life, they are not as lucky as many of us, but I know God loves them same and then one day I’ll see God reveal His plan in their lives. Those kids are so special in God’s eyes.

This Kembang Kuning Camp is over but the important step had just begun. We won’t let this momentum of their first camp fade away. With praying and caring them more, we have to show them the better path for their teenage.

First experience maybe scary previously but makes you addicted in the end..


©BeBe. Sby 090610 2:00AM

Cing’s 17th Surprise Birthday – English Version

“Surprise makes your life more colourful..”, that’s what I always think and try to make for those, my beloved. Cing’s 17th birthday on May 8, 2010 was another chance for me to give her surprise (again) because she is my beloved sister.. J

For some reasons that I don’t know exactly, people usually thinks that 17th birthday is special for girls. So they celebrate it with such a big party at an expensive restaurant or hotel, invite so many friends, and spend a lot of money as the compensation. But that’s invalid in my family. 6 years ago, when my turn came, my parents asked me about party but I said no! Too much money spends for a celebration without knowing the meaning indeed just seemed unwise in my eyes. So, maybe that way of thinking also influencing my sister, she just wanted to treat her best friends. But wait what if I give her surprises as much as I can on that day? Let’s begin the excitement! 😉

“Making surprise as many as Cing may get”, that’s the theme for this birthday. As usual, the most important in making surprise is don’t let the victim sniffing and guessing. My challenges are: we stay in the same bedroom, we always sharing anything happened along the day, I often make surprise for my family, and I start busy to go out of town 3 times a week.

Strategy is arranged. I divided Saturday, May 8, 2008 into 3 parts. Morning: She will be destroyed in her friends’ hands. Noon: Our schedule to teach in Kembang Kuning Ministry. Night: Surprise party. I’ve been preparing it from 3 weeks ago. For surprise in KK Ministry, I trust it to KC and team. And for the surprise party, I pick up Luci and DS as my secret agents.

I prepared the details of the plan and took Luci and DS to help me in acting. After I got my dad’s permit by offering the lowest budget to make the party, I looked for the suitable venue, collecting guest names, contacting them one by one (helped by my secret agents), contacting Ps. Scott and Ps. Witanto, brain storming party concept, picturing the decoration, making lampions form paper bag, ordering an unique birthday cake in the shape of Cacing (worm), and I doing it all with hiding from Cing. So did with the KK meeting, I left Cing at home.

To make it easier, I have to persuade Cing inviting her friends to dinner on May 15, 2010. Actually she said it will be meaningless if not celebrating it on the big day, but I provoking her with “combine the birthday celebration with thanks giving night for your baptism” as my reason. She believed it, although actually that’s just my hanky panky. 😛 She asked me to survey some venues but I was so busy. Do you know that I coordinating my secret agents with bad signal from the top of Wilis Mountain? Hahaha..

Here is the May 8, 2010:

Morning: Her best friends took revenge by showering her rotten milk, cold water, spray paint, and other nasty things. All I know just she was totally wet and stinky while got into my car when I picked her up from school. I think her friends really waiting on that day to come because Cing always does pitiless on their birthdays. Gotcha!

Noon: On the last session on KK ministry, Cing lead the closing prayer, just as we planned it before. But 4-6th grade kids still stood up back there. While Cing prayed, they tiptoeing and making a line behind her, bringing colorful origami papers, written on there: CINGCING, made by KC; and my happy birthday banner that I had left in Carrie’s house few days before. Gama was ready with the camera. Amien! And then Rico played happy birthday song, Cing turned back, SURPISE!!! I’m so grateful could saw that pure surprise expression on her face. Almost 60 kids gathered singing loudly. Elise asked them to pray for Cing by turned their hands on her, Cing cried! We made it!! That “ignorant and gawky Cing” is crying hahaha.. On the way back home, Cing admitted how glad she was with that cute little surprise and it means a lot to her.

Evening: The event should be started at 5, but delayed until 6 PM. After got the command from Eric, we depart from our house. My alibi is: we’ll have a dinner at Fu Yuan but visiting Hallo Surabaya first to get further info as one of our venue option for May 15. Nothing’s perfect though! My dad parked at the wrong place, right in the middle of her friends’ cars. When talking with the marketing, my niece came closer and Cing saw her! Kyaaaa!! Danger mode ON! But I tried to be as cool as I could and took her to walk to the front side of the resto, where all the guest were ready. While Cing step out, SURPRISE!!! Almost 25 friends, Ps Scott and Witanto were yelling and screaming to her hahaha.. She was really surprised!! Ps Scott brought the “Worm Bday Cake” and we all moved to the left side of the fountain. Since 2 o’clock, DS and Lusi decorated that place with white and red balloons, Cing’s fave colors.

The outdoor party was started with Cha-Cha games and buble gum games as an icebreaker from Ps Scott. Some guests also surprised because there’s a foreign people among them and lead the party hahaha.. Dad gave a short speech. Family came and then dinner time! Oh yeah, another imperfections was on the music team. They said they’re ready but in fact, they didn’t bring any guitar, but the show must go on! Hm.. It may be affecting the mood but couldn’t reduce the meaning of that special day for Cing. Once more her best friends gave her a surprise. Continued with Fear Factor games that require them to eat raw vegetables, such as pete, leeks, long bean, bitter melon, boiled pumpkin. For Cing’s portion, her friends adding hot sauce since she can’t eat spicy food at all. Time for sharing! Soft acoustic songs set as the back sound, I asking her friends and family about impressions, the good and bad characters, also message for Cing. Many of them wished, Cing could be not ignorant anymore. Comes to Cing’s time to speak then! And once more, she cried while said thank you to mom and dad, and how much she loves mom, dad, my brother, and me, and then Cing hug them. Sweet moment to be remembered, isn’t it? And her friends became the witnesses.

The informal, relaxed, and warm ambience really emerged on that night. Although there was many mistakes here and there hehe.. Those who live in Surabaya maybe realize on that day it was raining all day long. Hallo Surabaya management had asked us many times, they thought we’re insane because we were so sure to make an outdoor party in middle of rainy season. My dad just said, it won’t be raining on that day! Yeah, God grew up our faith. The rain stop just before the party started.

Thus, represent my family, I really want to say thank you so much for each of you who helped us. In other party usually the birthday girl is the one who prepare the party with EO and the guest just need to come and enjoy. But this time, the guests prepared the party and the birthday girl just enjoy it all. But believe me, Cing won’t forget this!

I wish these surprises will always live in your memory and truly leaving a deep meaning for you Cing. That testifying how much we loving you, youngest. See, how many people care of you and then helped me to make these surprises for you. So beautiful, wasn’t it? Thus, you can’t be an ignorant girl anymore but you have to care to others then. Now, you’re ready to finding the meaning of your 17th birthday. Life won’t be easier, but God has proved to us on that day, when you have that faith, He’ll give what you ask for. Besides, we’re always here for you. I hope the May 8th, 2010 could be one of most meaningful days in your life. Prepare yourself to give God a present on your 17th birthday, your baptism on May 13th, 2010. Happy surprised birthday my beloved sister..

Surprise works when your beloved didn’t expect it and surprise succeeds when you see that surprised expression combined with the most beautiful smile on your beloved’s face..

PS: Cing, I think I’m success this time, because you didn’t even sniff any of these surprise from me, but Lusi and DS, both of you have to learn more in making surprise hahahaha.. Anyway, this is another blessing that I could give after decided to not go to Jakarta.. 😛


Cing’s 17th Surprised Birthday

“Surprise makes your life more colourful..”, that’s what I always think and try to make for those, my beloved. Cing’s 17th birthday on May 8, 2010 was another chance for me to give her surprise because she is my beloved sister.. J

For some reasons that I don’t know exactly, people usually thinks that 17th birthday is special for girls. So they celebrate it with such a big party at an expensive restaurant or hotel, invite so many friends, and spend a lot of money as the compensation. But that’s invalid in my family. 6 years ago, when my turn came, my parents asked me about party but I said no! Too much money spends for a celebration without knowing the meaning indeed just seemed unwise in my eyes. So, maybe that way of thinking also influenced my sister, she just wanted to treat her best friends. But wait what if I give her surprises as much as I can on that day? Lets the excitement begin then! 😉

(Sorry I should go back to Bahasa, or should I make 2 versions of this post? Haha..)

“Sebanyak-banyaknya surprise yang bisa Cing rasakan”, itulah tema besar kali ini. Seperti biasa, hal terpenting dalam membuat kejutan adalah jangan sampai korban curiga dan menebaknya terlebih dulu. Tantanganku adalah kami tinggal sekamar, selalu bercerita segala hal yang terjadi, aku sudah sering memberinya kejutan, Cing tahu ide-ide kejutan yang biasa kulakukan untuk keluargaku, dan aku mulai sibuk keluar kota berkali-kali dalam seminggu.

Strategi mulai kuatur dan secara garis besar, Sabtu 8 Mei 2010 kubagi menjadi 3 bagian. Pagi: ia akan hancur di tangan teman-teman sekolahnya. Siang: Jadwal kami mengajar di Kembang Kuning Ministry. Malam: Surprise party. Persiapan kulakukan sekitar 3 minggu sebelumnya. Untuk surprise di Kembang Kuning ministry kupercayakan pada KC and team. Untuk pesta kejutan aku memilih secret agents Luci dan DS sebagai teman baik Cing.

Bisa dibilang pesta kejutan kupersiapkan sedetail mungkin dengan dibantu secret agents untuk pelaksanaannya. Maklum, aku tak bisa diam dan cukup sering mengkoordinir acara tapi yang berbeda aku tak boleh membuat Cing yang sekamar denganku curiga. Setelah ijin dari ayah kuterima dengan kuajukan budget seminim mungkin, mulai mencari tempat, mengumpulkan nama undangan, menghubungi satu per satu dibantu agents, menghubungi Pastor Scott dan Pastor Witanto, mencari konsep, membayangkan dekorasi, membuat kantong lampion, memesan kue ultah berbentuk unik yaitu cacing, semua kulakukan tanpa cing boleh tahu. Begitu pula ketika meeting dengan Kembang Kuning Ministry team.

Untuk itupun aku harus menghasut Cing agar mengundang temannya makan di 15 Mei 2010. Ia bilang tak berarti bila bukan di hari H saat ultahnya, tp alasanku sekalian pengucapan syukur untuk baptisan sidi nya di tanggal 13 Mei 2010 nanti. Ia pun percaya, padahal 15 Mei 2010 adalah fiktif bikinanku agar ia tak mengira temannya akan ada di 8 Mei 2010. Ia mengajakku survey tapi karena kesibukanku sekarang, ia percaya saja. Padahal aku baru sempat meeting dengan secret agentsku H-5, bahkan mengkoordinirnya dari puncak Gunung Wilis dengan sinyal yang sulit haha..

Inilah 8 Mei 2010 itu:

Pagi – Semua teman sekolahnya membalas dendam dengan memandikannya dengan susu busuk, air dingin, pylox, dan entahlah apalagi. Yang pasti ia basah kuyup dan bau ketika masuk ke mobilku saat pulang sekolah. Sepertinya hari itu memang sangat dinanti teman sekolahnya karena Cing terkenal “tega” menghabisi teman lain saat mereka ulang tahun.

Siang – Saat akhir Sunday School di makam itu, Cing sudah ditunjuk memimpin doa penutup, sesuai rencana. Tapi sebagian anak kelas 4-6 SD, berdiri tak mau duduk di ujung belakang sana. Saat Cing memimpin doa, mereka meringsuk berderet di belakang Cing sambil membawa tulisan warna warni CING-CING bikinan Karen Campulseo dan banner Happy Birthday-ku yang sudah kutitipkan di rumah Carrie Goldsmith saat meeting. Gama sudah siap dengan cameranya. Setelah amin, Ricco memainkan lagu Happy birthday dan saat Cing berbalik, SURPRISE!! Aku lega melihat ekspresi kaget nan tulus itu dari wajahnya. Sekitar 60 anak-anak ikut menyanyi dengan lantang dan saat Elise mengajak mereka mendoakan Cing dengan mengarahkan tangan kepadanya, Cing menangis!! Yay! We made it!! Cing yang kaku dan cuek itu menangis hahaha.. Kemudian mereka bergantian mengajak Cing untuk ada di tengah kerumunan dan difoto oleh Gama. Saat di perjalanan pulang, Cing mengaku sangat senang dengan kejutan kecil sederhana nan tulus itu yang menurutku sangat berarti untuknya.

Sore – Acara yang seharusnya dimulai jam 5, molor sejam. Setelah dikomando Eric yang mengkoordinir di Hallo Surabaya untuk berangkat, papa, mama, aku dan Cing berangkat ke sana. Alasanku kita akan makan malam di Fu Y*an tetapi survey ke Hallo Surabaya dulu untuk tanggal 15 Mei 2010. Memang tak sempurna, ayah salah parkir ke tempat parkir mobil teman-temannya, dan saat ngobrol dengan marketingnya, keluarga adik ibu-ku justru mendatangi kami dan Cing melihatnya. Oops!! Danger!! Tapi kemudian aku berusaha se-natural mungkin mengajaknya jalan ke depan menuju tempat teman-teman sembunyi. Saat Cing melangkah, SURPRISE!!! Sekitar 25 temannya beserta Pastor Scott dan Witanto meneriakinya dan membuatnya salah tingkah.. Hahaha.. Ia benar-benar kaget. Pastor membawa keluar kue berbentuk Cacing cokelat itu. Kemudian kami mengarahkannya ke sisi kanan air mancur. Sejak jam 2 siang DS dan Lusi mendekornya dengan balon putih dan merah, warna kesukaan Cing.

Outdoor party itu dimulai dengan Cha-Cha games and buble gum games from Scott and Witanto. Mungkin beberapa juga surprise karena ada “bule” yang nongol di tengah kami dan memimpin acara hehehe.. Kemudian Papa menyampaikan pidato singkatnya untuk teman-teman Cing. Keluarga mulai datang dan makan malam dimulai. Kekurangan lain adalah music, yang kukira music sudah ready ternyata tak ada gitar yang dibawa, but the show must go on, itu mungkin mempengaruhi mood tapi tak akan mengurangi arti hari itu buat Cing. Teman terbaiknya sekali lagi memberinya surprise. Lalu Fear Factor games yang mengharuskan peserta makan lalapan pete, daun bawang, pare, kacang panjang, roti bakar, pumpkin rebus. Untuk jatah Cing, roti bakar itu dilumuri sambal. Meski dengan susah payah menghindar toh ia berhasil menghabiskan juga roti bersambal itu. Kemudian sesi curhat. Diiringi petikan gitar, aku menanyakan kesan, kelebihan, kekurangan, dan pesan dari teman dan keluarga untuk Cing. Banyak yang berpesan agar ia tak lagi cuek, semoga ia mengingat dan merubahnya. Tiba giliran Cing yang bersuara dan sekali lagi Cing menangis saat mengucapkan terima kasih pada papa mama kemudian menyatakan ia sayang papi mami dan memeluk mereka. Sweet moment to be remembered dan teman terbaiknya yang menjadi saksi. Barulah sesi buka kado menutup acara malam itu.

Ambience yang tidak formal, santai, hangat, benar-benar ada saat itu. Meski ada kekurangan di sana sini, banyak malah. Kau yang ada di Surabaya mungkin tau bahwa Sabtu lalu seharian hujan meski rintik-rintik tapi tak berhenti bahkan sampai sore hari. Pihak resto pun sampai berulang kali menanyakan apakah yakin akan outdoor karena masih hujan setiap hari. Ayah hanya berujar, nanti tidak akan hujan! Tuhan menumbuhkan iman kami semua, hujan benar-benar berhenti tepat sebelum pesta dimulai.

Dan mewakili keluargaku, aku benar-benar berterima kasih untuk semua yang sudah membantu. Lusi, Daniel Septian, HauHau, pihak Hallo Surabaya, Pastor Scott and Witanto, Suk Cien An, semua teman Cing yang sudah datang, dan juga keluarga. Pesta lain biasanya yang ultah mempersiapkannya dengan EO dan undangan tinggal datang menikmati, tapi kali ini undangan yang harus mempersiapkan pesta dan yang ultah menikmatinya hehe.. Tapi percaya atau tidak, Cing akan lebih mengingatnya.

Semoga surprise ini akan selalu membekas dan meninggalkan arti mendalam untukmu Cing. Semua ini menjadi bukti betapa sayangnya kami padamu bungsu.. Lihatlah, ada betapa banyak orang yang peduli padamu dan membantuku membuat surprise untukmu, how beautiful it was, rite? Maka kamu pun tak lagi boleh cuek tapi harus peduli pada sekelilingmu ya.. Selamat mencari arti di balik usia 17 tahunmu. Hidup tak akan pernah lebih mudah, tapi Tuhan sudah membuktikan di hari itu, ketika kau beriman, Ia akan berikan yang Kau minta. Lagipula ada kami semua yang akan selalu ada buatmu. Hope 8 May 2010 was so meaningful for you dan siapkan dirimu untuk memberikan hadiah buat Tuhan di ultah ke 17-mu, yaitu baptis sidi mu tanggal 13 Mei 2010.. Happy surprised birthday my beloved sister..

Surprise works when your beloved didn’t expect it and surprise succeeds when you see that surprised expression combined with the most beautiful smile on your beloved’s face..

Nb: Cing, I think I’m success this time, because you didn’t even suspicious with me, but Lusi and DS, both of you have to learn more in making surprise hahahaha.. Anyway, this is another blessing that I could give after decided to not go to Jakarta.. 😛

Kembali Kemari (3)

Minggu yang berat baru saja kulalui. Bagaimana bisa ringan jika dipenuhi perdebatan denganNya? Namun indah saat akhirnya aku mengaku kalah dan membiarkanNya menang dalam perdebatan ini. Beberapa malam air mata mengalir deras tak terkendali. Ketika keinginanku, hal yang kukira mimpiku, dan perasaanku kusadari tak sejalan dengan rencanaNya.

Aku seperti kehilangan pijakan. Melayang tak menyentuh bumi. Tak tahu apa yang sebenarnya kuinginkan. Aku kalah dengan bocah yang merajuk pada ibunya meminta permen rasa strawberry. Aku tak bisa berpikir sesederhana bocah itu. Jangankan rasa strawberry, aku bahkan tak tahu apa yang kumau? Pundakku terbebani dengan kuatir akan segala hal yang sempat mengetuk kepalaku.

Memang, aku sulit mendengar suara hatiku sendiri karena ada banyak suara lain di sekitarku. Berbisik sahut menyahut pada daun telingaku. Membuatku sulit mengambil keputusan. Tapi justru karena ku masih bisa mendengar, aku harus mendengarnya. Justru karena masih ada suara yang berbisik, aku harus harus menghargainya. Aku memang tak sama. Aku memang diijinkan bukan hanya tuk dengar suara hatiku saja. Inilah aku.

Selama ini dalam setiap nafasku, aku selalu bertanya, ke mana Ia mau membawaku pergi? Setelah beberapa bulan sulit bernafas layaknya tak cukup oksigen kuhirup, jawaban itu diberikan, tapi nyatanya bukan “kembali kemari” seperti yang kubayangkan dan kurencanakan. Pada akhirnya aku baru menyadari, Ia sudah mengincarku, dan diriku tak kuasa menolak panggilanNya.

Pengalaman supranatural yang mungkin tak bisa dipahami oleh mereka yang tak mengenal Bapaku. Ada saat di mana aku harus mengorbankan kepentinganku demi kepentingan lain yang jauh lebih besar. Bagai roti dalam perjamuan yang dipecah-pecahkan untuk menjadi berkat dan dibagikan kepada banyak orang. Bukan tak percaya pada rencana Bapaku. Akan tetapi aku memerlukan kerelaan dan kerendahan hati tuk membiarkanNya memecah-mecahkan aku. Dipecahkan seperti ini itu sakit, kau tahu?!

Aku tak jadi “kembali kemari” tetapi justru ke tempat lain yang lebih jauh dari keramaian, setidaknya untuk saat-saat ini. Ia menagih janji yang pernah terucap setahun lalu. Janji untuk membantu mewujudkan mimpi bapaku. Saat itu aku tak tahu bagaimana caranya tapi sekarang ia menantangku membuktikan dengan tindakan nyata. Mungkin kali ini Bapaku ingin membungkam mulut mereka yang selalu merendahkan bapaku.

Jika Bapa ingin membuatku besar, mengapa aku harus dipecahkan sampai hancur seperti ini? Saat oksigen itu kembali mengalir, aku menyadarinya. Justru dengan dihancurkan sehalus bubuk bukan lagi pasir, Bapa bisa membentukku jadi porselen terindah hasil rancangan tanganNya. Dan aku mau.

Mataku tak bisa melihat apa yang sebenarnya akan kulalui. Daya pun aku tak punya. Hanya mata imanku yang bisa melihat bahwa hal terbesar sudah disediakan Bapa untukku. Dibarengi dengan keberanian untuk tak memikirkan keindahan yang hanya bisa kunikmati sendiri. Tetapi merelakan diri membagi keindahan kepada lebih banyak orang. Keyakinanku berkata, keindahan itu tak akan habis untukku sendiri.

Ia bisa jadikanku Musa, yang dibiarkan hidup di kala bayi lain dibunuh. Yang diasuh oleh putri raja. Lalu dipecah-pecahkan Tuhan dengan pelariannya karena membunuh orang Mesir. Namun Tuhan juga yang memilihnya untuk memimpin Israel keluar dari perbudakan Mesir.

Ia bisa jadikanku Yunus, yang diperintahkanNya ke Niniwe. Tapi melarikan diri ke Tarsis. Sejauh apapun ia berlari, Tuhan biarkan badai dan ikan besar yang membawanya kembali. Bukan Tarsis seperti kehendaknya tetapi Niniwe sesuai kehendakNya.

Ia bisa jadikanku Abraham, yang tak juga punya keturunan sampai masa tuanya. Yang ia punya hanya iman. Kemudian Tuhan melihat imannya itu dan berikan keturunan yang jauh lebih banyak dari yang ia bisa bayangkan.

Ia bisa jadikanku Petrus, yang disuruhnya menjala ikan di siang hari. Hal yang tak masuk akal manusia. Dibiarkannya Petrus berargumen tapi pada akhirnya menurut pada yang Tuhan perintahkan. Jalanya pun robek tak sanggup mengangkut tangkapan sebanyak itu.

Kubiarkan diriku dipecahkan dengan mengingat Bapa. Saat terindah ketika aku telah bisa berkata, “I love You Lord..” di detik yang sama saat hatiku ikhlas dipecah-pecahkan olehNya. Lagipula Bapa tak berkata aku tak akan bisa “kembali kemari”. Aku yakin ini bukan akhir, ini hanya jalan yang Bapa mau aku jalani sekarang. Akhirnya apa? Aku tak tahu tapi imanku berkata, “happy ending..”. I am not a fool by answering YES to His call, because the biggest catch is waiting for my obedience out there.

God never ask you to be successful but He ask you to be faithful..

Sby 130410 – 10:12PM ©BeBe

Kembali Kemari (2)

Ini bukan tentang menang atau kalah. Bukan juga tentang siapa yang lebih hebat atau lemah. Tapi masih tentang siapa yang berjuang atau menyerah.

Entah belum saatnya atau mungkin tidak untuk kembali kemari. Tidak bisa dengan mudah untuk mengucap pilihan kedua tentunya. Memang ada banyak sekali tawaran hidup yang mengharuskanku memilih dan bersikap menghadapinya. Aku merasa ada yang juga membutuhkanku.

Kuperlu pertimbangan yang lebih matang. Meski bagaimanapun, semua akan dijadikanNya indah pada akhirnya, pasti! Pun, kubisa jalaninya dengan senang tanpa paksaan. Tapi aku tak bisa biarkan semua mengalir dan menerimanya saja. Hatiku punya hak untuk didengar. Dan aku punya kewajiban mendengarkan dan mempertimbangkannya.

Aku belum berjuang apapun, hanya baru menapakkan langkah pertama di pasir pantai ini. Merasakan kehangatan yang masih terasa panas karena indra perabaku belum terbiasa. Tapi tubuh dan otakku juga tahu bahwa aku masih baik-baik saja. Di pantai itu terhampar luas pasir yang hangat tetapi terasa panas yang menanti pijakan kakiku. Kuhanya harus mencari tahu di sebelah mana sebenarnya aku mau dan bisa berdiri serta menyesuaikan diri. Tapi aku tak akan berdiri selamanya di sana. Aku mau berdiri di pantaiku sendiri, suatu saat nanti..

Bila bicara membuka pintu, masih ada banyak sekali deretan pintu yang akan terbuka dan tertutup serta membuka dan menutup. Aku belum melakukan apapun maka tentu tak bisa bicara lelah karena ini belum masuk ke perjuangan membuka dan menutup pintu-pintu itu. Perjuangan itu akan terjadi bila nantinya kupilih kembali kemari. Akankah?

This is about being the right man, on the right place, at the right time..

© BeBe – sub – 190110 – 01:37AM

Kembali Kemari (1)

Aku kembali ke sebuah tempat yang serasa selalu memberi harapan baru. Sebuah tempat yang membawaku menjauh dari masa lalu. Ada banyak hal baru yang memang tak selalu nyaman tetapi aku mulai belajar terbiasa. Dan rasa itu jauh lebih baik karena aku tak mau terpuruk di kubangan memori lama.

Rasanya belum sampai dua minggu yang lalu aku masih menerka entah kapan aku dapat kembali lagi kemari. Namun, selalu ada yang membuatku kembali. Memanggil-manggil hati kecilku ini. Aku hanya mencoba memenuhi panggilan itu dan menembus awan untuk menggapai cakrawala di ujung sana.

Kali ini panggilan itu datang di saat baru dua hari aku meninggalkannya. Ada keraguan yang cukup lama bertahan di sana. Haruskan aku kembali? Separuh bertaruh akhirnya kuputuskan untuk berangkat. Aku berangkat untuk sesuatu yang aku pun belum tahu jawabnya. Tapi toh tak ada yang berhak menahanku tak kembali kemari.

Aku berpikir, setidaknya ada sebuah perbedaan antara orang yang menyerah dan orang yang berjuang. Orang yang menyerah hanya punya satu pilihan untuk hidupnya, yaitu gagal. Sementara orang yang berjuang akan memiliki dua pilihan untuknya sendiri, yaitu berhasil atau gagal.

Aku ingin melangkah tapi tak tahu pintu mana yang harus kumasuki. Semuanya masih tertutup. Ada sebuah pintu yang ingin sekali kumasuki tetapi tak dibuka untukku, mungkin belum saatnya. Lalu tiba-tiba tanpa terduga sebuah pintu lain terbuka untukku! Kuberanikan untuk mencoba melangkah.. Sebab aku tak bisa diam di tempat dan membiarkan waktu serta hidup menghantamku telak.

Kusadari sejak awal aku kembali untuk sesuatu yang tak pasti. Satu hal yang kutahu, ketika aku kembali kemari, berarti ada harapan untukku berhasil dan bukan hanya gagal. Aku kembali karena aku harus melangkah maju bukan diam di tempat apalagi mundur. Aku kembali sebagai wujud syukurku untuk pintu yang dibuka itu. Aku kembali kemari untuk mencari tahu kemana Tuhan ingin membawaku..

Taking no risk is the greatest risk of all..




090110 – 23:38PM

Previous Older Entries Next Newer Entries

www.widiantigunawan.wordpress.com